PONDOK PESANTREN ABU BAKR ASH-SHIDDIIQ AL ISLAMI

Pondok Pesantren Abu Bakr Ash-Shiddiiq Al-Islami
---upaya mentarbiyah umat menjadi muslim ta'at---

KEUTAMAAN MEMBACA SURAT AL KAHFI DI HARI JUM'AT


Read More …

KEUTAMAAN HARI JUM'AT


Read More …

HUKUM MEMAKSA SEORANG ANAK PEREMPUAN UNTUK MENIKAH
Oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin Rahimahullah





Tidak boleh bagi seorang ayah memaksa putrinya untuk menikah, tidak pula ia memaksa saudara perempuanya dan siapapun wanita yang dalam tanggung jawabnya tanpa keridhoan mereka.

Jika perempuan tersebut dipaksa menikah maka pernikahannya tidak syah.

Dan tidak halal bagi Pria(suami) untuk masuk/menemuinya untuk berjima’ dalam keadaan si wanita dipaksa,karena pernikahan tersebut tidak syah wajib untuk di faskh/dihapus pernikahan tersebut.

Namun jika ada kesepakatan wajibnya agar si wanita menemui si pria, kemudian dia(wanita) suka dan menerima akaq nikah tersebut maka yang demikian tidak mengapa. Pernikahan tersebut syah atas dasar penerimaan si wanita.



Read More …

AMALAN SUNNAH DI HARI JUM'AT


Read More …

Thullabul Ilmi Yaman, [21.12.16 14:23]
🐽 📛 HARAM BAGI SEORANG MUSLIM UNTUK TURUT SERTA DI DALAM PERAYAAN-PERAYAAN ORANG KAFIR
~~~~~~~~~~~~~~~~~~


🌴 Al-Imam Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baaz rohimahullah


       ******


🔖 Pertanyaan :


Sebagian kaum muslimin turut serta bersama orang-orang nashrani dalam perayaan-perayaan mereka, maka apa bimbingan anda tentang hal tersebut ?


🔑 Jawaban :


🚫 Tidak boleh bagi seorang muslim maupun muslimah turut serta bersama kaum Nashrani atau Yahudi atau orang-orang kafir yang lainnya dalam perayaan-perayaan mereka !!!


Bahkan yang wajib adalah meninggalkannya, karena barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut, sementara Rosulullah ﷺ telah memperingatkan kita dari menyerupai mereka dan berakhlak seperti akhlak mereka.


☝🏻️⚠️ Wajib atas seorang mukmin dan mukminah untuk waspada dari hal tersebut !!!


Tidak boleh bagi keduanya untuk memberi bantuan kepada mereka dalam bentuk apapun karena yang demikian itu adalah suatu perayaan yang menyelisihi syari'at !!! [1]


⚠️📛 Juga tidak boleh turut berpartisipasi dalam perayaan tersebut dan tolong-menolong bersama orang-orang yang merayakannya dan tidak boleh pula untuk memberikan bantuan kepada mereka apapun bentuknya walaupun itu berupa teh, kopi atau yang selainnya seperti perabot dapur dan yang semisalnya, karena Allah ﷻ telah berfirman:


{Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.} [QS. Al Maidah: 2]


Maka dari itu berpartisipasi bersama orang-orang kafir dalam perayaan mereka adalah termasuk bentuk dari tindakan saling tolong menolong atas dosa dan permusuhan.


📘( Majmu' fatawa, jilid 6 / hal.508 )


🔃 alih bahasa : Al-Ustadz Abu Abdillah Amr Blora (alumni Darul Hadits Al-Fiyusy)


________________
🐾 catatan kaki :


[1] termasuk sebuah kesalahan besar adalah apa yang sering dilakukan sebagian ormas-ormas Islam semisal Banser NU maupun GP Anshor dimana mereka sering turut serta melakukan perlindungan dan pengawalan dalam acara-acara perayaan natal maupun paskah yang dilakukan oleh kaum nasrani di gereja-gereja, yang demikian itu adalah suatu kesalahan yang fatal, dikarenakan urusan pengamanan kepada masing-masing individu kaum kafir adalah tanggungan dan urusan aparat pemerintahan, adapun melibatkan kaum muslimin secara keumuman baik secara individu maupun kekelompokan untuk turut melakukan penjagaan dalam acara-acara kekufuran mereka dengan penuh sukarela dan rasa cinta kasih serta menampakkan bentuk toleransi dan dukungan kepada mereka maka yang demikian itu adalah sebuah kesesatan.


Wallahu A'lam.


《》《》《》《》


🌴الشيخ عبدالعزيز بن باز رحمه الله🌴


🔖 الســـ🔰ــؤال


🚫 بعض المسلمين يشاركون النصارى في أعيادهم فما توجيهكم ؟


🔖 الجــ🔰ـــواب


🚫 لا يجوز للمسلم ولا المسلمة مشاركة النصارى أو اليهود أو غيرهم من الكفرة في أعيادهم بل يجب ترك ذلك؛ لأن من تشبه بقوم فهو منهم، والرسول عليه الصلاة والسلام حذرنا من مشابهتهم والتخلق بأخلاقهم.


📌 فعلى المؤمن وعلى المؤمنة الحذر من ذلك، ولا تجوز لهما المساعدة في ذلك بأي شيء، لأنها أعياد مخالفة للشرع.


📌 فلا يجوز الاشتراك فيها ولا التعاون مع أهلها ولا مساعدتهم بأي شيء لا بالشاي ولا بالقهوة ولا بغير ذلك كالأواني وغيرها، ولأن الله سبحانه يقول: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ، فالمشاركة مع الكفرة في أعيادهم نوع من التعاون على الإثم والعدوان.


📘(مجموع فتاواه 6/ 508)


•┈┈┈💫💫💫┈┈┈•


📝 Forum : Thullabul Ilmi Yaman
---------------------
® +967771299181
🌐 Bbm : 7BC8BC38
📟 Telegram : @bltiy
http://bit.ly/thullabyaman
📋 [ artikel : II / 326 ]
🗓 Terbit : 21 / 3 / 1438 H
Read More …

SEMUA JAMA'AH ISLAM AL-FIRQOH AN-NAJIYYAH(GOLONGAN SELAMAT)
 KECUALI YANG MELAKUKAN KEKUFURAN  YANG MENGELUARKAN DARI ISLAM
OLEH KOMITE FATWA KERAJAAN SAUDI ARABIA


Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah no. 7122 terhadap sebuah pertanyaan:

Pada zaman ini terdapat banyak jamaah. Semua mengklaim berafiliasi di bawah al-Firqah an-Najiyyah. Kami tidak mengetahui manakah jamaah yang berada di atas al-haq. Kami mengharap kepada Anda agar menunjukkan kepada kami; manakah jamaah yang paling utama dan paling baik sehingga kami bisa mengikuti kebenaran yang ada pada mereka disertai dengan dalil-dalilnya?

Jawaban:

Semua jamah Islam termasuk dalam al-Firqatun Najiyah, kecuali jika ada di antara mereka melakukan kekufuran yang mengeluarkannya dari dasar keimanan. Akan tetapi, perbedaan kekuatan dan kelemahan derajat mereka tergantung pada kedekatan mereka dengan kebenaran dan penerapannya serta pada kesalahan mereka dalam memahami dalil dan penerapannya. Jamaah yang paling banyak mendapat hidayah adalah jamaah yang paling bisa   dalil dan mengamalkannya. Oleh karena itu, kenalilah arah pandangan mereka. 
Bergabunglah bersama mereka yang paling banyak mengikuti kebenaran. Tetapi, janganlah berbuat semena-mena terhadap saudara sesama muslim yang karenanya Anda menolak kebenaran yang mereka lakukan. Ikutilah kebenaran di mana pun ia berada, sekalipun berasal dari orang yang bertentangan denganmu dalam satu dua masalah. 
Kebenaran adalah penuntun orang mukmin. Kekuatan dalil dari Kitabullah dan Sunnah merupakan pemisah antar kebenaran dan kebatilan.

Billahit taufiq.
Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta’
Ketua Umum:
-Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz
Anggota:
-Abdullah bin Hasan Al-Qu’ud
-Abdullah bin Ghadayan
-Abdurrazaq Afifi


transkrip
ﻣﻦ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ‏( ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﺍﻷﻭﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﺭﻗﻢ 7122
ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﻋﺪﻳﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ ﻭﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻌﺎﺕ ﻭﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﻳﺪﻋﻲ ﺍﻻﻧﻀﻮﺍﺀ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻨﺎﺟﻴﺔ ﻭﻻ ﻧﺪﺭﻱ ﺃﻳﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺣﻖ ﻓﻨﺘﺒﻌﻪ ﻭﻧﺮﺟﻮ ﻣﻦ ﺳﻴﺎﺩﺗﻜﻢ ﺍﻥ ﺗﺪﻟﻮﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻓﻀﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ ﻭﺃﺧﻴﺮﻫﺎ ﻓﻨﺘﺒﻊ ﺍﻟﺤﻖ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻊ ﺇﺑﺮﺍﺯ ﺍﻻﺩﻟﺔ ؟
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ .… ﻭﺑﻌﺪ :
ﻛﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ ﺗﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﻗﺔ ﺍﻟﻨﺎﺟﻴﺔ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺃﺗﻰ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﻤﻜﻔﺮ ﻳﺨﺮﺝ ﻋﻦ ﺃﺻﻞ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ، ﻟﻜﻨﻬﻢ ﺗﺘﻔﺎﻭﺕ ﺩﺭﺟﺎﺗﻬﻢ ﻗﻮﺓ ﻭﺿﻌﻔﺎً ﺑﻘﺪﺭ ﺇﺻﺎﺑﺘﻬﻢ ﻟﻠﺤﻖ ﻭﻋﻤﻠﻬﻢ ﺑﻪ ﻭﺧﻄﺌﻬﻢ ﻓﻲ ﻓﻬﻢ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ، ﻓﺄﻫﺪﺍﻫﻢ ﺃﺳﻌﺪﻫﻢ ﺑﺎﻟﺪﻟﻴﻞ ﻓﻬﻤﺎ ﻟﻠﺤﻖ ﻭﻋﻤﻼ ، ﻓﺄﻋﺮﻑ ﻭﺟﻬﺎﺕ ﻧﻈﺮﻫﻢ ، ﻭﻛﻦ ﻣﻊ ﺃﺗﺒﻌﻬﻢ ﻟﻠﺤﻖ ﻭﺃﻟﺰﻣﻬﻢ ﻟﻪ ، ﻭﻻ ﺗﺒﺨﺲ ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ ﺍﺧﻮﺗﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﺘﺮﺩ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﺎ ﺃﺻﺎﺑﻮﺍ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﺑﻞ ﺍﺗﺒﻊ ﺍﻟﺤﻖ ﺣﻴﺜﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻭﻟﻮ ﻇﻬﺮ ﻋﻠﻰ ﻟﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﻳﺨﺎﻟﻔﻚ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ ، ﻓﺎﻟﺤﻖ ﺭﺍﺋﺪ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻭﻗﻮﺓ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻫﻲ ﺍﻟﻔﻴﺼﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﺒﺎﻃﻞ .
ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ
ﻋﻀﻮ / ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻗﻌﻮﺩ
ﻋﻀﻮ / ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻏﺪﻳﺎﻥ
ﻋﻀﻮ / ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﻋﻔﻴﻔﻲ
ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ ﺍﻟﻌﺎﻡ / ﻋﺒﺪﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ

Read More …


MENUNDUKKAN PANDANGAN
Oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al’Utsaimin Rahimahullah




MENUNDUKKAN PANDANGAN adalah mempersingkat pandangan tanpa berlama-lama dalam melihat apa yang tidak halal bagi dirinya.

Dan apabila seorang wanita melihat seorang pria dengan pandangan syahwat atau pun bernikmat-nikmat dalam melihat maka yang demikian adalah harom bagi wanita tersebut. Wajib baginya untuk memalingkan pandangannya tersebut.

alih bahasa @admin ashshiddiiq

Sumber

Nuurun ‘ala Ad-Darb/kaset 277Fatawa al Mar’ah)
Read More …

BERSUMPAH ATAS NAMA ALLAH
Oleh Asy-Syaikh Sholih Al-Fauzan hafizhahulloh

SOAL:

Bagaimana hukum bersumpah dengan nama Allah? Apakah hal ini boleh secara mutlak atau ada syarat-syaratnya?misal dalam keadaan genting berkata wahai Robb aku bersumpah atas namamu angkatlah musibah ini dariku"

JAWAB:

Tidak mengapa bersumpah keadaan genting, bersumpah dengan nama Allah merupakan bagian dari  iman dan ketsiqohan terhadap Allah Azza wa Jalla.

Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: 

"Sesungguhnya seorang hamba Allah jka bersumpah dengan nama Allah maka akan di kabulkan. Akan tetapi keadaan seorang muslim berusaha memperbaiki dirinya, menegakkan syariat Allah, menegakkan aqidah yang benar sehingga ketika  ketika keadaan yang genting Allah Akan menolongnya.

alih bahasa @admin ashshiddiiq



transkrip
القسم على الله سبحانه وتعالى.


السؤال:ـ ما حُكم الأقسام على الله تعالى هل هو جائزٌ مُطلقا أو لهُ شروط كأن يقول حال الشدة تنزلُ بهِ أقسمتُ عليك يا رب إلا رفعت عني هذه المُصيبة ؟


الجواب:ـ لا بأس بذلك أن يُقسم على ربهِ هذا من باب الإيمان بالله والثقة بالله –عَزَّ وَجَلَّ- والنَّبِيِّ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يقول : " إِنْ مِنْ عِبَادِ الله مَنْ لَو أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرْه " ولكن الحال أن المُسلم يُصلح حالهُ ويقيم دينهُ وعقيدتهُ حتى إذا وقع في شدة أنقذهُ اللهُ منها 
Read More …


KHOTIB DAN IMAM SHOLAT JUM'AT
oleh Asy-Syaikh Muhammad ibn Sholih al-'Utsaimin Rahimahullah


Soal : 

Apakah disyariatkan dalam sholat Jum’at seorang dikhususkan menjadi khotib dan seorang lagi dikhususkan menjadi imam?


Jawab : 
Mengkhususkan seorang menjadi khotib dan seorang lagi menjadi imam dalam sholat Jum’at atau sholat Ied bukanlah perkara yang disyariatkan. Tidak ada perkara yang demikian dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikian juga pada zaman sahabat. 
Maka, jika seorang khotib telah selesai berkhutbah, kemudian memimpin shalat jamaa’h bersama kaum muslimin dan membaca surat dalam al-Quran semampu yang telah dia hafalkan.

(Diterjemahkan dari kitab Ijabatus Sail ‘ala Ahammi Al Masail oleh Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid)
Sumber: Buletin Da’wah Al Atsary, Semarang Edisi 4/1427H
Read More …

ALLAH MEMBENTANGKAN TANGANNYA UNTUK MEMBERI AMPUN PADA HAMBA


Hadits pagi
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“ SESUNGGUHNYA ALLAH AZZA WA JALLA MEMBENTANGKAN TANGANNYA DI MALAM HARI  UNTUK MEMBERI AMPUN HAMBANYA YANG BERMAKSIAT DI SIANG HARI, DAN MEMBENTANGKAN TANGANNYA DI SIANG HARI UNTUK MEMBERI AMPUN HAMBANYA YANG BERMAKSIAT DI MALAM HARI HINGGA TERBIT MATAHARI DARI BARAT(KIAMAT) ”


SHOHIH MUSLIM/ 2751
Read More …

HUKUM TELANJANG KETIKA WUDHU
OLEH AL IMAM IBN BAAZZ  RAHIMAHULLAH



IMAM BIN BAZZ RAHIMAHULLAH DITANYA:
“APAKAH SYAH WUDHUNYA ORANG YANG TELANJANG SETELAH MANDI? DAN APAKAH MENUTUP AURAT MERUPAKAN SYARAT SYAHNYA WUDHU?”


KEMUDIAN BELIAU MENJAWAB: WUDHUNYA SYAH.
MENUTUP AURAT BUKANLAH YARAT SYAHNYA WUDHU.


FATAWA NUURUN ‘ALA DARB/2206


Read More …

HUKUM MANDI JUM’AT BAGI WANITA
OLEH AL IMAM IBN BAAZZ RAHIMAHULLAH


SOAL:

APA HUKUM MANDI JUM’AT BAGI WANITA YANG TIDAK PERGI KE MASJID, TAPI MEREKA SHOLAT DI RUMAH MEREKA?


JAWAB:

"TIDAK WAJIB BAGI WANITA UNTUK MANDI JUM’AT. KEWAJIBAN MANDI ADALAH BAGI YANG MENDATANGI SHOLAT JUM’AT SEPERTI SABDA NABI SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WA SALLAM 
“JIKA SALAH SATU DARI KALIAN MENDATANGI SHOLAT JUM’AT MAKA MANDILAH".

ADAPUN MEREKA PARA WANITA JIKA HENDAK SHOLAT(ZHUHUR DI HARI JUM’AT) WAJIB BAGI MEREKA BERWUDHU DAN TIDAK WAJIB MANDI, MANDI TERSEBUT HANYA WAJIB BAGI PRIA”


NUUURUN ‘ALA AD-DARB/16269

alih bahasa: @admin ashshiddiiq


Read More …

HUKUM MEMBERIKAN UCAPAN SELAMAT ATAS HARI RAYA / PERAYAAN ORANG ORANG KAFIR
oleh IBNUL QOYYIM RAHIMAHULLAH





Read More …

ORANG YANG KURANG AKHLAK DAN BERBUAT MAKSIAT TIDAK DIKELUARKAN DARI LINGKARAN AHLUS SUNNAH
oleh ASY-sYAIKH ROBI' HAFIZHAHULLAH


Pertanyaan:

Apakah kekurangan akhlak dan terjatuh pada sebagian maksiat mengeluarkan seserang dari lingkaran sunnah?

Jawab:

Syaikh Robi bin Hadi al Madkholy hafidzahullah berkata:
Barangsiapa yang merealisasikan i'tiqod  ahlussunnah dan berjalan diatas manhaj mereka dlm berloyalitas dan berlepas diri, sedangkan pada dirinya ada kekurangan dari akhlak maka hal tersebut tidak mengeluarkan orang tersebut daerah ahlussunnah kepada daerah bid'ah, dan kami tidak pernah mengetahui ahlussunnah mentabdi' seseorang dengan sebab kurang akhlaknya,sampaipun seandainya ada seorang ahlussunnah terjatuh pada sebagian maksiat, tidaklah mengeluarkan dia dari daerah sunnah dengan sebab hal tersebut.

sumber
https://goo.gl/3P66Bx
Read More …

BID'AH PERAYAAN MAULID NABI
oleh Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Utsman Adz-Dzamari hafizhahullah


 Pertanyaan :

Apa hukum perayaan maulid nabi ?

 Jawaban :

yang demikian itu telah diketahui oleh semua ulama bahwasanya itu adalah suatu kebid'ahan, dikarenakan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

 "barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak "

dan beliau bersabda :

 "barangsiapa yang mengada-adakan suatu amalan dalam perkara agama kami ini yang tidak termasuk darinya maka amalan tersebut tertolak"

dan maknanya adalah barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang mana syariat tidak datang dengannya, tidak di Al-Qur'an, tidak pula di As-Sunnah tidak pula dilakukan oleh para sahabat maka amalan tersebut dikembalikan kepada pelakukanya (tertolak) !

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidaklah melakukan perayaan tersebut bagi diri beliau sendiri dan Abu Bakar pun tidak melakukannya, tidak pula Umar tidak pula Utsman tidak pula Ali tidak pula para sahabat tidak juga Hasan dan Husein tidak juga keluarga nabi. 

perayaan tersebut muncul di abad keempat dari tahun hijriah yakni sekitar 400 tahun pasca wafatnya Nabi shalallahu alaihi wasallam, adalah kelompok sekte Ubaidiyyun (Syi'ah) mereka mengambil amalan tersebut dari kaum nasrani (perayaan natal).

maka yang demikian itu merupakan bid'ah yang telah dikenal, seandainya yang demikian itu adalah baik tentulah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melakukannya bagi diri beliau sendiri, dan jikalau yang demikian itu adalah amalan yang disyariatkan tentulah Abu Bakar akan melakukannya untuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dikarenakan mereka (para sahabat) kecintaan mereka kepada rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah lebih besar dibanding kecintaan kita kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan kalau saja yang demikian itu merupakan perkara yang disyariatkan tentulah Umar melakukannya atau Utsman atau Ali atau mayoritas sahabat -radiallahu anhum- atau para keluarga nabi, dan mereka tidak melakukannya.
Maka yang demikian menunjukkan bahwa amalan tersebut tidaklah disyariatkan.

  transkrip

 السؤال :

ماحكم الإحتفال بالمولد النبوي ؟

 الجواب :

هذا معروف عند جميع العلماء أنّه بدعة ؛ لأنّ الرسول صلى الله عليه وسلم يقول « من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو ردّ » ويقول « من أحدث في أمرنا هذا ماليس منه فهو ردّ »

والمعنى من عمل عملاً ما جاء به الشرع لا في القرآن ولا في السّنّة ولا فعله الصّحابة ؛ فهو مردود على صاحبه.

فالإحتفال لم يفعله الرسول صلى الله عليه وسلم لنفسه ،
 ولم يفعله أبو بكر ولا عمر ولا عثمان ولا علي ولا الصّحابة ولا الحسن ولا الحسين ، ولا آل البيت ؛

 جاء هذا الإحتفال في القرن الرابع الهجري بعد مايُقارب أربع مئة سنة من موت النبي -صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم- أخذه العبيديون من النّصارى ! 

فهذا بدعة معروفة ؛ لو كان خيراً لفعله الرسول صلى الله عليه وسلم لنفسه ولو كان مشروعاً لفعله أبو بكر لرسول الله صلى الله عليه وسلم لأنّهم كانوا يحبون الرسول أكثر من حبنا للرسول -صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم- ولو كان مشروعاً لفعله عمر أو لفعله عثمان أو لفعله علي أو لفعله كثير من الصحابة -رَضِيَ الله عَنْهُمْ- أو لفعله آل البيت ؛ وهذا لم يفعلوه دلّ على أنّه ليس بمشروع .

Sumber 
 http://olamayemen.com/Dars-9326


Read More …

KEMENANGAN SEJATI


Read More …

3 JENIS CINTA YANG BERMANFAAT BAGIMU


Read More …

HUKUMAN BAGI  PENENTANG PERINTAH RASULULLAH ﷺ


Read More …

KEWAJIBAN BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH DAN LARANGAN BERBUAT BID’AH DALAM AGAMA SERTA CELAAN AGAMA ATAS BID’AH (bag. I)

Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan suatu nikmat yang sangat agung dan besar dibandingkan dengan sekian banyak kenikmatan lainnya kepada kaum muslimin, yaitu kesempurnaan Syari’at Islam. Allah ta’ala tidak mewafatkan Rasul-Nya kecuali setelah menyempurnakan dan meridhoi agama Islam atas beliau dan umatnya. Allah telah menurunkan satu ayat Al-Qur’an sebelum meninggalnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan yang paling mulia pada saat Hajjatul Wadaa’ (haji terakhir yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yaitu:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لـكـم الإ سلام دينا {سورة المائدة آية 3}
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama Islam untuk kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian, dan telah Aku ridloi Islam sebagai agama kalian”. (QS. Al Maidah: 3)
Berkata Ibnu Abbas menafsirkan ayat tersebut:
“Allah telah mengkhabarkan kepada Nabi-Nya dan orang-orang beriman bahwa Dia telah menyempurnakan atas mereka Al Iman (Dienul Islam), maka mereka tidak membutuhkan tambahan selain dari Syari’at Islam. selama-lamanya. Allah telah menyempurnakan dienul Islam, maka Dia tidak akan menguranginya selama-lamanya dan sungguh Allah telah meridhainya, maka Dia tidak akan
memurkainya selama-lamanya”.(Tafsir Ibnu Katsir, Juz II,Hal.12)
Oleh sebab itulah Golongan Yahudi iri terhadap kaum muslimin dengan ayat yang mulia ini. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim yang menyebutkan seorang laki-laki Yahudi datang kepada Umar bin Khothob dan berkata: “Sekiranya turun kepada kami (golongan Yahudi) satu ayat dalam kitab kalian (Al-Qur’an) yang selalu kalian baca, maka akan kami jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai ‘ied (hari raya)”. Barkata Umar: ‘Ayat yang mana ?! Berkata seorang Yahudi tersebut: “Al yauma akmaltu …..” .
Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhabarkan kesempurnaan Dienul Islam. Maka, siapa pun yang keluar darinya akan binasa. Beliau bersabda yang artinya : “Sesungguhnya aku tinggalkan kalian di atas sesuatu yang putih. Keadaan malamnya seperti siangnya, tidak (seorang pun) menyimpang /menyeleweng darinya setelah sepeninggalku kecuali dia binasa”
Dengan demikian, maka tidak boleh seorang muslim menambahkan sesuatu yang tidak disyariatkan oleh-Nya dalam agama. Tidak boleh beribadah kecuali yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya. Wajib atas seluruh umat muslimin untuk tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, dan tidak mengadakan bid’ah dalam Diinul Islam yang tidak diidzinkan Allah dan tidak disyariatkan atas Rasul-Nya. Meskipun dianggap baik bid’ah tersebut dan diberi bumbu/hiasan padanya. Karena Agama Islam telah sempurna dan selainnya adalah bid’ah dan sesat.
Sungguh banyak sekali nash di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta perkataan para sahabat , dan generasi salaf (generasi tabi’in dan atba’ut-tabi’in) yang menjelaskan perintah untuk berpegang teguh kepada sunnah, berjalan diatasnya, dan mencintainya serta melarang untuk tidak mengadakan bid’ah dan berhati-hati dengannya (bid’ah). Perkara tersebut telah masyhur dikalangan Ahlus Sunnah.
Pada pembahasan ini akan kami sebutkan sebagiannya, yang insya Allah cukup bagi mereka yang menginginkan kebenaran dan berakal. Allah Ta’ala berfirman :
وأن هذا صرا طي مستقيما فا تبعو ه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصا كم به لعلكم تتقو ن {سورة الأ نعام آية 153}
“Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diwasiatkan Allah agar kalian bertaqwa.” (QS. Al An’aam: 153)
Allah Ta’ala berfirman, memerintahkan untuk mengikuti kitab-Nya:
اتبعوا ما أنزل اليكم من ربكم ولا تتبعوا من دونه أولياء قليلا ما تذكرون {سورة الأ عراف آية 3}
”Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali (pemimpin-pemimpin) selain-Nya, sangat sedikit dari kalian yang mengambil pelajaran (darinya).” (QS. Al A’raf: 3).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, memerintahkan untuk mengikuti Rasulullah sebagai bentuk konsekuensi mencintai-Nya.
وَمَا آتَاكُمُ الرسول فخذوه وما نهاكم عـنه فانتهوا {سورة الحشر آية 7}
”Dan apa yang diberikan (diperintahkan) Rasul kepada kalian, maka terimalah (jalankanlah) dan apa yang dilarangnya atas kalian, maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS. Al Hasyr: 7).
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله ورسوله ولا تولوا عنه وأنتم تسمعون {سورة الأ نفال آية 20}
“Hai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kalian berpaling dari-Nya, sedangkan kalian mendengar (apa yang diserukan atas kalian)”. (QS. Al Anfaal: 20).
Allah Ta’ala berfirman, memerintahkan untuk mengikuti Rasulullah sebagai bentuk konsekuensi mencintai-Nya.
قل إنكنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله و يغفرلكم ذنوبكم
{سورة آل عمرن آية 31}
Katakanlah (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ): ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imron: 31).
Sebaliknya, Allah mengkhabarkan bahwa menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sebab awal datangnya fitnah dan adzab. Allah berfirman :
فليحذر الذين يخا لفون عن أمره أن تصيـبهم فتنة أو يصيـبهم عذاب أليم {سورة النورآية 63}
“Maka peringatkanlah orang-orang yang menyelisihi perintahnya untuk takut akan terkena fitnah atau adzab yang pedih.” (QS. An Nuur: 63).
Allah Ta’ala juga mewasiatkan setelah mengikuti Rasul-Nya , agar mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang-orang beriman. Karena mereka telah menyandarkan jalannya kepada jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Dia menjanjikan kepada orang-orang yang tidak mengikuti jalan tersebut dengan neraka Jahannam. Allah berfirman :
ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا {سورة النساء آية 115}
“Barangsiapa yang menentang Rasul (Muhammad ) sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan selain jalannya orang-orang mukmin, Kami biarkan ia dalam kesesatan yang telah dikuasainya, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-seburuk tempat kembali”. (QS. An Nisaa’: 115).
Selain memerintahkan untuk mengikuti perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, yang hal itu merupakan sebab seseorang mendapatkan hidayah dan kebahagiaan, Allah Ta’ala juga telah memperingatkan dari perkara-perkara yang memalingkan pe rintah-Nya, yaitu mengikuti hawa nafsu, berbuat bid’ah dan selainnya yang menjadi penyebab kebinasaan. Allah Ta’ala berfirman:
ومن أضل ممن اتبع هواه بغير هدى من الله إن الله لا يهدى القوم الظالمين {سورة القصص آية 50}
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tanpa petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dholim.” (QS. Al Qashash: 50)
Demikianlah, banyak sekali kita temukan ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan untuk ittiba’ (mengikuti perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya) dan melarang mengikuti hawa nafsu serta berbuat bid’ah. Terkadang kita jumpai di sebagian ayat-ayat Al Qur’an perintah untuk mengikuti Allah dan Rasul-Nya saja.
Di sebagian lainnya, perintah untuk mengikuti kitab-Nya (Al Qur’an) .Penyebutan pahala, hidayah, kemenangan, kebahagiaan, dan rahmat dari Allah pada mereka yang ittiba’ , serta penyebutan adzab dan siksa kepada mereka yang menyelisihi perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya sehingga dengannya mendapatkan fitnah dan dimasukkan neraka Jahannam. Itu semua menunjukkan pentingnya hal tersebut sebagai perkara yang ushul (pokok) dan mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam Dinul Islam. (bersambung…Insya Allah)
(Diterjemahkan oleh Al Ustad Abu ‘Isa Nurwahid dari Kitab Mauqifu Ahlussunnati wal Jama’ati min Ahlil Ahwa’i wal Bida’i)

Read More …

KEWAJIBAN BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH DAN LARANGAN BERBUAT BID’AH DALAM AGAMA SERTA CELAAN AGAMA ATAS BID’AH(Bag. 2)
Adapun di dalam hadits-hadits, diantaranya hadits dari Jabir bin Abdillah yang panjang, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sungguh aku telah tinggalkan kepada kalian, yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabullah (Al Qur’an)” .
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad . Dan perkara yang paling jelek (jahat) adalah mengadakan perkara baru (bid’ah dalam agama), dan seluruh bid’ah adalah sesat.”
Irbadl bin Sariyah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: ‘Aku wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun yang memimpin seorang budak Habsyi. Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Ar-Rosyidin Al-Mahdiyyin (para khalifah yang terbimbing dan yang mendapatkan petunjuk ),gigitlah dengan gigi geraham, dan berhati-hatilah kalian
dengan perkara yang baru (dalam agama) karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Setiap amalan mempunyai masa semangat dalam mengamalkannya, dan setiap masa semangat ada masa lelah. Barang siapa lelahnya diatas sunnahku (dalam rangka menjalankan sunnah) maka dia sesungguhnya telah mendapatkan petunjuk (terbimbing). Barang siapa lelahnya tidak di atas sunnah (dalam rangka menjalankan amal tidak di atas sunnah) maka dia sesungguhnya telah binasa” .
Dan masih banyak hadits lainnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling tinggi dalam memberikan nasehat kepada manusia, orang yang paling tinggi dalam memberikan kebaikan kepada umatnya dan orang yang paling
mengetahui keadaan umatnya. Sehingga beliau memerintahkan dan mewasiatkan kepada umatnya agar senantiasa berpegang teguh kepada Al Qur’an dan mengikuti sunnahnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan mereka agar berhati-hati dengan perkara yang baru (dalam Islam). Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhabarkan dan memperingatkan akan terjadinya perselisihan dan perpecahan serta timbulnya bid’ah-bid’ah pada umat beliau. Dan beliau juga menunjukkan jalan yang selamat dari perpecahan dan bid’ah tersebut, yaitu dengan berpegang teguh dengan sunnahnya dan sunnah para khalifah setelahnya yang terbimbing dan mendapatkan petunjuk. Mudah-mudahan Allah تعالي yang maha luas kemuliaanya memberikan balasan yang setinggi-tingginya kepada beliau atas nasehat dan bimbingan yang telah beliau berikan kepada umatnya.
Adapun atsar dari para sahabat banyak sekali, diantaranya:
Berkata Muadz bin Jabal di Syam yang artinya: “Wahai manusia tetaplah kalian di atas ilmu sebelum diangkatnya ilmu, dan ketahuilah bahwa diangkatnya ilmu itu adalah dengan meninggalnya ahli ilmu (ulama). Berhati-hatilah kalian dari bid’ah, berbuat bid’ah dan melampaui batas (dalam ibadah). Dan tetaplah kalian di atas perkara orang-orang terdahulu (generasi salaf)” .
Berkata seorang laki-laki kepada Ibnu Abbas Radhiallahu anhumaa: “Berilah wasiat kepadaku”. Berkata Ibnu Abbas kepadanya: “Tetaplah engkau bertak-
wa kepada Allah dan istiqomah,ikutilah dan jangan berbuat bid’ah” .
Berkata Abdullah bin Umar yang artinya: “Setiap perkara bid’ah adalah sesat meskipun dianggap baik oleh manusia. ”
Ini adalah perkataan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang didasari akal yang sempurna dan pandangan yang sangat dalam mengenai agama. Mereka membaca, mempelajari dan menggali dienul Islam kemudian mengamalkannya dan berhenti (tidak berbuat bid’ah). Sesungguhnya tidak ada generasi sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih alim dan faqih dalam agama Islam daripada para sahabat . Mereka adalah generasi yang mempunyai sifat-sifat sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas’ud yang artinya : “Generasi terbaik dari umat ini, generasi yang paling tinggi kebaikan hatinya, generasi yang paling tinggi ilmunya dan generasi yang paling sedikit takallufnya” .
Dengan demikian, maka wajib bagi kaum muslimin untuk ittiba’ (mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) dan berhenti (cukup dengan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak melakukan perkara bid’ah). Sebagaimana para sahabat dalam menjalankan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka memperingatkan manusia dengan peringatan yang sangat keras dari perbuatan-perbuatan bid’ah, demikian juga yang telah dilakukan generasi salaf. Mereka telah mendapatkan keutamaan dan barokah dalam mengikuti para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengambil wasiat-wasiat yang berlandaskan Al Qur’an dan As-Sunnah dalam berpegang teguh
pada sunnah dan berhati-hati dari bid’ah.
Saya akan sebutkan perkataan generasi salaf (terdahulu) setelah para sahabat , yaitu dari tabi’in dan lainnya, dalam menetapkan perkara yang pokok ini dikarenakan mempunyai kedudukan yang agung dalam agama Islam dan agar diketahui bahwa perkara ini disepakati (ijma’) oleh seluruh generasi salaf. Orang yang menyimpang darinya pasti sesat, mubtadi’(ahlul bid’ah) dan menyimpang dari dienul Islam.
Berkata Ayub As-Sikhtyani yang artinya: “Tidaklah seseorang yang berbuat bid’ah menambah kesungguhannya (dalam menjalankan bid’ah) kecuali Allah تعالي semakin menjauhkan dia dari-Nya” .
Berkata Yunus bin ‘Ubaid kepada anaknya yang duduk (bermajlis) dengan seorang tokoh mu’tazilah yang menyeru kepada kebid’ahannya yang bernama ‘Amru bin ‘Ubaid yang artinya: “Wahai anakku, aku melarangmu dari berbuat zina, mencuri, dan minum khamr. Sekiranya engkau bertemu Allah تعالي dengan membawa dosa-dosa tersebut lebih aku cintai daripada engkau membawa pemikiran sesat Amru dan para pengikutnya” .
Berkata Imam Syafi’i yang artinya: “Seseorang yang diuji oleh Allah تعالي dengan dosa-dosa yang diharamkan-Nya selain dari syirik itu lebih baik baginya dari pada dia di uji dengan Al Kalam (berbicara dan memahami ilmu agama Allah dengan
pemikiran sesat yang menyimpang dari bimbingan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam )” . Penjelasan dari Al Qur’an, As-Sunnah, dan perkataan salaful ummah (para sahabat, tabi’in dan atba’ut-tabi’in) di atas menunjukkan wajibnya mengikuti Al Qur’an dan Sunnah, serta generasi pertama dari umat ini yang telah dipersaksikan dengan segala kebaikan dan keutamaannya. Dengan demikian, seluruh bid’ah adalah haram, sesat dan binasa. Tidak ada kebaikan sedikitpun pada perbuatan bid’ah dan bahkan dicela dan dihinakan oleh para ulama, demikian pula orang-orang yang melakukannya.
(Tamat)
(Diterjemahkan oleh Al Ustad Abu ‘Isa Nur wahid dari Kitab Mauqifu Ahlussunnati wal Jama’ati min Ahlil Ahwa’i wal Bida’i)
Read More …

ADAB DALAM MENGHADAPI FITNAH
AL IMAM ADZ-DZAHABI RAHIMAHULLAH

Read More …

LIMA KUNCI TERCAPAINYA KESEMPURNAAN AMAL

Read More …

ADAB DALAM MENASIHATI
Oleh Al-’Allamah Robi’ bin Hadi Al-Madhkholy حفظه الله  

Read More …

AL MUFARRIDUN (ORANG-ORANG YANG ISTIMEWA)

Read More …

ROFIDHOH SUMBER FITNAH DAN MUSIBAH
Read More …

SIFAT RIFQ (LEMAH LEMBUT) PADA ANGGOTA KELUARGA

Read More …

UCAPKAN INSYA ALLAH KETIKA BERSUMPAH
OLEH ASY-SYAIKH IBNU 'UTSAIMIN RAHIMAHULLAH




Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata : 

“Apabila seorang insan bersumpah maka wajib bagi dia mengucapkan  Insya Allah”  karena lafazh insya Allah mengandung 2 faedah agung:

    1.  Jika mengucapkan Insya Allah  maka Allah akan menolong tergapai apa yang dia sumpahkan
    2. Jika mengucapkan Insya Allah kemudian tidak merealisasikan sumpahnya maka tidak ada kafaroh atasnya.


Sumber :
Nuur ‘Ala Darb, kaset 367 / Sumpah dan Nadzar

Read More …



Mari mereguk faidah ilmiah dari ilmu syar'iyyah

Read More …


Read More …





Read More …


Read More …






Read More …

HUKUM MENGHINA ORANG YANG MENGAMALKAN SUNNAH
OLEH ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN SHOLIH AL-'UTSAIMIN RAHIMAHULLAH






SOAL:

Bagaimana hukumnya seseorang yang menghina atau merendahkan orang-orang yang multazim (berpegang teguh) atau beramal dengan perintah Allah dan Rasul-Nya ?


JAWAB :


Menghina atau merendahkan orang-orang yang berpegang teguh atau mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya adalah haram dan sangat bahaya sekali, karena dikhawatirkan orang tersebut akan terjatuh pada penghinaan terhadap orang yang istiqomah di atas agama Allah dan jalan yang ditempuh oleh mereka.

Keadaan mereka tersebut menyerupai keadaan orang yang disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an yang artinya : 


“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu). Sungguh mereka akan menjawab: ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja’. Katakanlah (ya Muhammad): ‘Apakah dengan Allah, ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian menghinakan atau berolok-olok?’. Tidak ada ma’af atas kalian, sungguh kalian telah kafir sesudah beriman”. 

Sesungguhnya ayat yang mulia ini diturunkan kepada orang-orang munafik yang menghina dan merendahkan Rasulullah bersama para sahabatnya. Keadaan akhir mereka mendapatkan adzab dari Allah Azza wa Jalla.

Maka peringatkanlah orang-orang yang menghinakan ahlul haq (orang-orang yang mengamalkan kebenaran) dari ilmu agama Allah, karena Allah berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: ‘sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat’. Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini (di akhirat) orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.(Q.S.Al Muthaffifin : 29-36)


(Diterjemahkan Oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid dari Kitab As'ilah Al Muhimmah dan Majmu’ah As 'ilah karya Asy-Syaikh ibn 'Utsaimin)

Sumber : Buletin Da’wah Al-Atsary, Semarang. Edisi 16 / 1427 H
Read More …



:waning_gibbous_moon::droplet: KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA DI BULAN DZULHIJJAH

:palm_tree: Fadhilatus Syaikh Al-'Allamah Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahullah-



10 Dzulhijjah dimulai sejak masuknya bulan Dzulhijjah dan berakhir pada hari Ied Al Adha.

Beramal shalih pada 10 hari Dzulhijjah ini telah disebutkan oleh Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wassallam- :

"tidak ada hari-hari yang amal-amal shalih padanya lebih Allah cintai dari pada 10 hari ini (10 hari Dzulhijjah),

:question:Para sahabat bertanya :

Apakah lebih dari jihad fi sabilillah?

beliau menjawab: ”bahkan lebih dari jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang berjihad dengan bermodal nyawa dan harta lalu tidak kembali dengan satupun darinya (syahid dimedan perang)."

Berdasarkan hadits ini, maka aku menghasung saudara-saudaraku kaum muslimin untuk memanfaatkan kesempatan yang agung ini dengan memperbanyak amal shalih pada 10 hari Dzulhijjah.

:loop: Diantaranya seperti :

- Membaca Al Qur-an
- Berdzikir dengan segala macam bentuknya, apakah itu takbir, tahlil, tahmid, tasbih
- Bershadaqah
- Berpuasa
- Dan segala jenis amal-amal shalih lainnya

Sungguh telah mengherankan!! Banyak orang lalai terhadap keutamaan 10 hari Dzulhijjah ini.

Engkau dapati mereka pada 10 akhir Ramadhan bersungguh-sungguh dalam beramal, namun pada 10 hari Dzulhijjah hampir-hampir engkau tidak dapati seorang pun yang nampak berbeda antara 10 hari Dzulhijjah dengan hari-hari biasanya.

Padahal jika seseorang melakukan amal-amal shalih pada 10 hari Dzulhijjah, dengan menghidupkan amal-amal shalih yang diajarkan Rasulullaah -shallallaahu 'alaihi wa sallam-, maka dia berada di atas kebaikan yang besar."

:books: Majmu' Fatawa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. (Jilid 21 halaman 37-38)

Transkrip

فضل عشرة ذي الحجة

فضيلة الشيخ محمد بن صالح العثيمين -رحمه الله


عشرة ذي الحجة تبتدئ من دخول شهر ذي الحجة، وتنتهي بيوم عيد النحر

والعمل فيها قال فيه رسول الله -صلى الله عليه وسلم- :

( ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر ) قالوا : ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال : ( ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء ) .

وعلى هذا فإني أحث إخواني المسلمين على اغتنام هذه الفرصة العظيمة، وأن يكثروا في عشر ذي الحجة من الأعمال الصالحة

•• كقراءة القرآن
••والذكر بأنواعه : تكبير، وتهليل، وتحميد، وتسبيح،
••والصدقة
•• والصيام،
•• وكل الأعمال الصالحة .

:exclamation:والعجب أن الناس غافلون عن هذه العشر تجدهم في عشر رمضان يجتهدون في العمل لكن في عشر ذي الحجة لا تكاد تجد أحدا فرق بينها وبين غيرها

ولكن إذا قام الإنسان بالعمل الصالح في هذه الأيام العشرة إحياء لما أرشد إليه النبي -صلى عليه وعلى آله وسلم- من الأعمال الصالحة، فإنه على خير عظيم .
------------

:notebook_with_decorative_cover: مجموع فتاوى الشيخ محمد بن صالح العثيمين ( مجلد 21 / ص 37 - 38 )]
Read More …